Kearifan Lokal, Warna-Warni Masyarakat Adat di Indonesia

Diposting pada

4.4 Masyarakat Adat Banten Kidul

Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul

Masyarakat adat Banten Kidul tinggal di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Kondisi tanah yang subur ini membuat masyarakat bergantung pada sektor pertanian. Meskipun demikian, keseimbangan alam tetap diutamakan dalam memanfaatkan lahan pertanian demi menjaga kelestarian alam. Terdapat 2 sistem pertanian yaitu lahan basah (sawah) dan lahan kering (huma).

Kawasan ini memiliki kekayaan alam yang berupa keanekaragaman flora dan fauna. Flora yang dapat dijumpai seperti pohon mahoni, puspa, maranti, ki buluh, ki macet, rasamala, palawija, sayur-sayuan, rempah, obat, dan buah. Kemudian terdapat pula satwa-satwa yang hidup liar maupun sebagai ternak seperti kerbau, kambing, domba, monyet, babi, ikan, hurang, tawon, burung, lubang, dan keuyeup.

4.5 Masyarakat Adat Kampung Naga

Kampung Naga Tasikmalaya

Sejarah Kampung Naga berasal dari suku Sunda dari kerajaan Galunggung. Secara geografis, terletak di jalur transportasi Kota Tasikmalaya dan Kota Garut, Jawa Barat. Lokasi yang strategis tersebut tak membuat lunturnya warisan budaya dan tradisi masyarakat adat Kampung Naga. Sistem pertanian pun masih melekat sesuai dengan adat turun-temurun. Pengelola adat yang ada yaitu kuncen dibantu lebe dan punduh. Lebe dan punduh membantu kuncen bila berhalangan hadir.

Terdapat kearifan lokal yang berfungsi untuk melestarikan alam yaitu tata wilayah, tata wayah, dan tata lampah. Tata wilayah dibagi dalam hutan larangan/hutan lindung, kawasan bersih, dan kawasan kotor. Tata wayah merupakan pembagian waktu bagi masyarakat Kampung Naga seperti pengaturan masa tanam padi. Lalu yang terakhir, tata lampah yang berisi peraturan/norma turun-temurun dari nenek moyang.

4.6 Masyarakat Adat Dayak

Suku Dayak

Masyarakat Dayak tersebar di Pulau Kalimantan. Berdasarkan asal-usul nenek moyang diperkirakan berasal dari Tiongkok Selatan yang bermigrasi untuk memperoleh sumber makanan. Hingga saat ini dapat dilihat pada potret orang Kalimantan yang rata-rata memiliki kulit putih. Hingga saat ini, terdapat ratusan sub-sub Suku Dayak yang berkembang.

Ciri khas masyarakat ini salah satunya adalah tradisi Pekan Gawai Dayak di Pontianak, Kalimantan Barat. Gawai Dayak merupakan upacara adat yang dilakukan sebagai wujud ucapan syukur dari hasil panen dan berkat-berkat dalam kehidupannya. Upacara ini dilakukan setelah Naik Dango (memasukkan panen ke lumbung).

Perayaan adat ini juga menjadi sarana menggali, melestarikan, dan memperkenalkan tradisi lokal kepada khalayak umum. Acara inti yang tak boleh ketinggalan adalah pembacaan mantra-mantra (nyangahatn) sebagai bentuk doa atau ungkapan religi dari masyarakat Dayak.

4.7 Masyarakat Adat Distrik Balangan

Masyarakat Adat Balangan

Secara geografis, terletak pada koordinat 11450’24” – 11550’24” BT dan 201’37” – 235’5″ LS tepatnya di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Luas wilayah distrik ini mencapai 1.878,3 km2. Wilayah ini memiliki topografi perbukitan dengan berbagai macam kelas kemiringan lereng.

Kepadatan penduduk di distrik ini sebanyak 66 orang/ km2. Masyarakat di sini sudah dapat menerima modernisasi yang terjadi. Hal ini dapat dilihat dari mulai berkembangnya rumah sehat, akses terhadap sanitasi, tempat umum, dan air minum berkualitas. Meskipun demikian, unsur kebudayaan lokal juga masih bisa dijumpai pada distrik ini. Kerajinan anyaman, tari-tarian, dan kostum adat khas menjadi salah satu keunggulan pariwisata daerah setempat.