Hutan yang berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan, tidak dapat dipisahkan sebagai sumber kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Rusaknya hutan dapat memutus rantai kehidupan dan sewaktu-waktu akan mendatangkan bencana serta kerugian. Kerusakan hutan dengan seluruh komponen biofisiknya pun secara tidak langsung telah berkontribusi dalam peningkatan pemanasan global.
Salah satu isu lingkungan yang menjadi perhatian banyak pihak selama empat dekade terakhir adalah deforestasi. Dampak negatif dari deforestasi mengundang sejumlah masalah lainnya, termasuk perubahan iklim. Ancaman yang menakutkan memaksa manusia untuk berpikir menahan laju deforestasi dan degradasi hutan serta pemanasan global.
1. Pengertian Deforestasi
Hutan merupakan ekosistem kompleks yang mempunyai pengaruh terhadap hampir setiap spesies yang ada di bumi. Hilangnya tutupan hutan akan menyebabkan bencana skala lokal maupun dunia. Hilangnya tutupan hutan sering disebut dengan istilah deforestasi. Pengertian deforestasi masih menjadi perbincangan karena hal ini akan dijadikan sebagai perhitungan dalam mencatat data luasan hutan.
Dalam perspektif ilmu kehutanan, deforestasi dimaknai sebagai situasi hilangnya tutupan hutan beserta atributnya yang berimplikasi pada hilangnya struktur dan fungsi hutan itu sendiri.
Pemaknaan ini diperkuat oleh definisi deforestasi yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P.30/Menhut II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) yang dengan tegas menyebutkan bahwa deforestasi adalah perubahan secara permanen dari areal berhutan menjadi tidak berhutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), deforestasi diartikan sebagai penebangan hutan. Deforestasi terjadi ketika areal hutan ditebang habis dan diganti dengan bentuk penggunaan lahan lainnya. Istilah lain deforestasi adalah penggundulan hutan yang biasanya dilakukan untuk mengubah fungsi lahan menjadi fungsi lain, seperti pertanian, peternakan, atau permukiman. Deforestasi sendiri akan mengurangi tutupan tajuk hingga batas ambang minimum yaitu 10% dalam waktu jangka panjang atau pendek.
2. Deforestasi di Dunia
Saat ini sekitar tiga puluh persen daratan di permukaan bumi masih ditutupi oleh hutan. Namun penyempitan luas hutan terjadi pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Deforestasi di dunia diperkirakan setiap tahun mencapai dua belas hingga lima belas juta hektare hutan lenyap dari muka bumi.
Keadaan ini setara dengan hilangnya hutan seluas 36 kali luas lapangan sepak bola setiap menit atau setara dengan 18,7 juta are. Bila hal tersebut dibiarkan dalam jangka waktu kurang dari seratus tahun, hutan akan hilang dari bumi.
Deforestasi dapat terjadi baik di hutan temperate maupun di hutan hujan tropis. Negara-negara yang memiliki hutan tropis tercatat mengalami deforestasi signifikan. Deforestasi di dunia yang paling mengkhawatirkan terjadi di hutan hujan tropis.
Hutan hujan tropis memiliki fungsi penting sebagai penyangga kehidupan di bumi yang kaya dengan keanekaragaman hayati serta menjadi penyimpan cadangan biomassa karbon paling. Namun hutan hujan tropis tidak dapat menjalankan fungsinya jika luasannya semakin menyempit.
Data statistik menunjukkan, saat ini lima puluh persen tutupan hujan tropis di dunia telah hilang. Akibatnya permukaan bumi yang diselimuti oleh hutan semakin berkurang dan menipis. Pada tahun 2016 saja sebanyak 73,4 juta are hilang akibat deforestasi.
KLIK DI SINI UNTUK TERUS MEMBACA
3. Deforestasi di Indonesia
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan, luas kawasan hutan Indonesia pada 2018 tercatat sekitar 125,9 juta hektare (ha) atau seluas 63,7 persen dari luas daratan Indonesia.
Dengan luasan tersebut, Indonesia menempati peringkat ke-3 negara yang memiliki hutan hujan tropis terluas setelah Brasil dan Kongo. Namun sedikit yang menyadari bahwa kekayaan hutan Indonesia tidak hanya kayu. Bagi industri farmasi, kerajinan, dan pariwisata, keanekaragaman flora dan fauna sangat bermanfaat untuk dijadikan bahan baku maupun objek ilmu pengetahuan.
Deforestasi di Indonesia sering terjadi antara lain disebabkan adanya program-program pembangunan lahan permukiman dan pertanian di areal transmigrasi yang mengharuskan untuk dilakukannya pembukaan hutan. Selain itu, juga banyak terjadi alih fungsi hutan untuk kegiatan pertambangan dan perindustrian yang seringkali hal ini memunculkan konflik baik antara masyarakat dengan pengusaha maupun antara pengusaha dengan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang penyelamatan lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat angka deforestasi di Indonesia pada tahun 2016-2017 alami penurunan menjadi 496.370 hektare. Deforestasi periode sebelumnya, 2015-2016, sebesar 630.000 hektar. Penurunan ini disebabkan adanya upaya perbaikan tata kelola kebijakan secara berlapis. Pencegahan kebakaran hutan juga dilakukan demi menekan laju deforestasi akibat kebakaran hutan dan lahan.
4. Penyebab
Deforestasi dapat mengancam kehidupan umat manusia dan mahluk hidup lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, bisa akibat makhluk hidup dan alam itu sendiri.
Secara umum, hilangnya tutupan lahan disebabkan kegiatan pengalihan fungsi hutan untuk keperluan lainnya. Jumlah manusia yang semakin bertambah dapat menyebabkan diperlukannya lahan untuk permukiman. Saat ini, luas permukiman yang dibangun harus dibarengi dengan pembangunan ruang terbuka hijau agar dapat terjaganya fungsi sebagai sistem sirkulasi udara. Namun fungsi hutan yang kompleks tidak dengan mudah digantikan dengan ruang terbuka hijau lainnya.
Populasi manusia yang semakin meningkat saat ini menyebabkan terjadinya permintaan terhadap pangan yang semakin tinggi. Hal tersebut dapat dipenuhi dengan membuka lahan pertanian baru. Sebagai contohnya, Brasil membuka kebun-kebun kedelai baru dan gula secara masif dengan melakukan penebangan pada tegakan-tegakan hutan yang ada. Pengalih fungsian hutan sebagai kebun kelapa sawit (baca juga “Kebakaran Hutan dan Kebun Kelapa Sawit“) juga menyebabkan hilangnya tutupan lahan.
Kebutuhan hidup manusia akan produk kayu pun dapat meningkatkan laju deforestasi. Faktor utama dalam kejadian hilangnya tutupan hutan adalah kegiatan industri, terutama industri kayu. Pemanenan kayu dari pohon sudah diatur untuk melakukan penanaman kembali setelahnya. Namun, adanya illegal logging yang terjadi masih menjadi masalah serius. Penebangan liar secara besar-besaran masih terjadi di hutan hujan tropis, khususnya Brasil, Kongo, dan Indonesia.
Kejadian alam juga dapat menyebabkan terjadinya deforestasi. Radiasi matahari yang tinggi dapat memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan akibat gesekan daun-daun terhadap tanah kering di bawahnya.
Deforestasi akibat kebakaran hutan, saat ini lebih banyak dibandingkan deforestasi akibat pengalihan fungsi pertanian dan illegal logging jika disatukan. Kerugian yang ditimbulkan juga sangat besar karena hilangnya plasma nutfah dan mendatangkan ancaman langsung bagi manusia, seperti gangguan kesehatan, kehilangan materi, dan jiwa.
Pembakaran masif oleh petani untuk membuka lahan yang akan digunakan untuk bertani juga dilakukan dengan cara membakar hutan. Cara tersebut dipakai karena lebih cepat dan mudah jika dibandingkan dengan menebang pohon. Akibat pembakaran tersebut, karbon akan semakin banyak dilepaskan ke udara. Tidak adanya hutan sebagai pengikat karbon dapat mengakibatkan meningkatnya suhu dan berpengaruh terhadap iklim.
5. Dampak dari Deforestasi
Penggundulan hutan dan lahan dapat berdampak pada kehidupan di sekitar wilayah tersebut. Hutan menyimpan berjuta keanekaragaman hayati, lebih dari delapan puluh persen keanekaragaman hayati di dunia dapat ditemukan pada hutan hujan tropis. Hilangnya tutupan hutan hujan tropis juga dapat diartikan sebagai hilangnya habitat asli satwa dan tumbuhan sehingga dapat mengancam hilangnya spesies atau kehidupan satwa dan tumbuhan itu sendiri.
Siklus air yang sudah dijaga oleh hutan juga dapat terganggu akibat hilangnya tutupan lahan tersebut. Hujan yang turun akan langsung mengenai tanah sehingga dengan mudah mengikis permukaan tanah. Hal tersebut juga berpengaruh kepada air tanah. Hilangnya hutan mengakibatkan tidak dapatnya air untuk meresap ke tanah. Air hujan yang turun akan langsung mengalir di permukaan dan menyebabkan erosi. Efek samping dari terjadinya erosi adalah hilangnya kesuburan tanah akibat pencucian tanah oleh air hujan yang terus menerus, banjir akibat tanah yang tidak dapat meresap air, hingga tanah longsor.
Tanah longsor dapat terjadi akibat tidak adanya pengikat dalam tanah. Akar-akar tanaman dapat mengikat struktur tanah menjadi tidak mudah lepas satu sama lain. Tidak adanya pengikat dalam tanah, ketika turun hutan, air akan dengan mudah membawa partikel tanah terlebih lagi jika pada tanah yang miring. Tanah longsor yang disebabkan deforestasi dapat merusak kualitas kehidupan. Contohnya, tanah longsor dapat mencemari danau, menghancurkan tiang listrik, dan bendungan. Kerugian yang ditimbulkan akibat tanah longsor pun tentunya sangat besar.
Dampak deforestasi jika dilihat dari segi ekonomi adalah hilangnya mata pencaharian masyarakat sekitar hutan. Kegiatan agroforestry, berburu, meramu, mengumpulkan hasil hutan sangat diandalkan masyarakat sekitar hutan. Hilangnya hutan menyebabkan hilang juga mata pencaharian masyarakat sekitar hutan.
Deforestasi yang terjadi pada hutan bakau atau mangrove dapat menyebabkan abrasi. Abrasi adalah pengikisan yang disebabkan oleh ombak laut. Eksploitasi hutan mangrove secara liar dapat merugikan ekosistem pantai. Gelombang yang diterima di daratan akibat hilangnya tutupan hutan mangrove akan menjadi tinggi karena tidak ada mangrove yang berfungsi sebagai penahan ombak.
6. Pengaruh Deforestasi terhadap Perubahan Iklim
Deforestasi dapat menyebabkan perubahan iklim secara tidak langsung. Pemanasan global merupakan hal utama dalam perubahan iklim. Pemanasan global terjadi akibat banyaknya jumlah gas rumah kaca di atmosfer. Karbon dioksida (CO2) merupakan gas rumah kaca yang paling banyak dihasilkan dari sebagian besar kegiatan manusia. Pada kasus deforestasi, emisi CO2 yang dikeluarkan menyumbangkan enam sampai tujuh belas persen terhadap emisi global yang berarti angka ini berada pada peringkat kedua penyumbang CO2 terbesar setelah pembakaran bahan bakar fosil.
Hutan sebagai penyimpan cadangan karbon terbesar dapat menyerap karbon dioksida berlebih diudara dan mengonversinya menjadi oksigen melalui fotosintesis. Lebih dari dua ratus milyar ton karbon dapat disimpan di hutan. Jumlah tersebut empat puluh kali lebih besar daripada jumlah karbon yang dihasilkan akibat pembakaran fosil.
Terjadinya deforestasi sangat berpengaruh dalam perubahan iklim dengan kaitannya terhadap karbon yang ada di udara. Jumlah karbon yang terlepas ke atmosfer dalam deforestasi tidak hanya disebabkan oleh lepasnya karbon dari biomassa tumbuhan yang mati. Hal tersebut dapat mengurangi kemampuan bumi dalam menyerap kembali karbon dari atmosfer melalui proses fotosintesis. Selain itu, pada tanah gambut, apabila pohon di atasnya hilang, maka tanah tersebut akan melepas karbon yang tersimpan di dalamnya.
7. Pencegahan dan Penanggulangan
Deforestasi yang semakin meningkat lajunya dapat dicegah dan dilakukan penanggulangan. Pencegahan bertujuan agar tidak semakin meningkatnya laju deforestasi. Pencegahan dapat dilakukan dengan penebangan sistem tebang pilih. Sistem tebang pilih dapat tetap menjaga keberlangsungan ekosistem hutan dan fungsinya sebagai penyangga kehidupan. Sistem tebang pilih juga harus dilakukan penanaman kembali sehingga kegiatan keduanya tidak menimbulkan kerugian.
Pencegahan deforestasi saat ini lebih banyak digaungkan oleh para pegiat konservasi. Hal ini dilakukan untuk menekan laju hilangnya hutan sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca. Pencegahan juga dilakukan dengan melindungi hutan-hutan yang ada dari ancaman berbagai proyek pembangunan yang tidak ramah terhadap lingkungan.
Penanggulangan deforestasi, saat ini dilakukan dengan penanaman kembali dalam bentuk reboisasi atau penhijauan. Reboisasi adalah penanaman kembali hutan di kawasan hutan, sedangkan penghijauan adalah penanaman kembali hutan di kawasan non hutan (kawasan budidaya). Hutan gundul tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Oleh karena itu dilakukan penanaman kembali dengan harapan tumbuhnya hutan yang baru sehingga dapat menjalankan fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan.
Deforestasi selalu diartikan sebagai penggundulan hutan untuk mengalihfungsikan menjadi pertanian, peternakan, maupun permukiman. Deforestasi tidak akan menimbulkan kerugian selama dilakukannya pemanfaatan kembali yang efektif. Namun, hal tersebut akan merugikan jika lahan kosong tersebut tidak dilakukannya penanaman kembali sehingga menjadi gersang serta membahayakan saat musim hujan.
Itulah berbagai hal mengenai deforestasi, baik di Indonesia maupun di bumi ini. Mari selalu jaga bumi kita dengan menjaga hutan kita.