Transformasi Sosial Budaya Masayarakat Desa dan Pinggiran Hutan

Indonesia menyimpan begitu banyak potensi keanekaragaman sumber daya alam.

Sejak dulu sumber daya alam yang melimpah ini memberikan ketenteraman, kemakmuran, dan kesejahteraan penduduk pribumi secara turun temurun.

Dulu sungai mengalir begitu jernih dengan ikan-ikan berenang melimpah di dalamnya.

Petani sumringah karena perekonomiannya tercukupi dari hasil tanah sendiri, tak terdengar gagal panen.

Kambing dan sapi beranak-pinak di gembala di hamparan rumput dan bebek-bebek berenangan di kanal yang mengaliri sawah.

Dulu suara jangkrik dan kerlip kunang-kunang bahkan kerap kali menyapa di kala malam tiba.

Transformasi Sosial Budaya Masayarakat Desa dan Pinggiran Hutan

Ini adalah sebuah gambaran kondisi ideal dari suatu tempat tinggal bak negeri dongeng yang memberikan kecukupan untuk penduduknya.

Ya, kondisi ekonomi yang baik ditunjang oleh sumber daya alam yang melimpah.

Para petani bergairah karena hasil panen melimpah memiliki harga stabil, para peladang dengan tekun terus bekerja karena menerima upah yang bagus, dan para nelayan gembira karena hasil tangkapannya laku keras.

Semua lapisan masyarakat makmur dan sejahtera karena memperoleh keuntungan.

Namun, hidup memang selalu mengalami perubahan dari satu keinginan sederhana sampai yang paling kompleks membawa manusia untuk selalu berbuat apapun untuk memenuhi berbagai keinginannya.

Keinginan manusia yang semakin hari semakin kompleks mendorong perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi.

Beberapa tahun silam ketika membuang sampah saya menemukan sobekan kertas bergambar logo salah satu kabupaten di Jawa Timur yang tulisan di bawahnya menarik bagi saya yaitu “gemah ripah loh jinawi tata tentram kerta raharja”.

Ketertarikan ini membawa saya pada pencarian makna dari kalimat tersebut.

Sebenarnya kalimat ini sudah sering saya dengar dari cerita-cerita orang tua atau seorang dalang yang mengisahkan kehidupan jaman dahulu.

Secara sederhana “gemah ripah loh jinawi diartikan sebagai wilayah dengan kesuburan yang membawa kemakmuran atau gambaran pemanfaatan sumber daya alam berupa potensi sumber daya yang beragam khususnya pada paradigma pembangunan agraris.

Sedangkan “tata tentram kerta raharja dipahami sebagai sebuah tatanan pola dan struktur pembangunan secara luas sehingga membawa ketentraman dan kesejahteraan.

Kalimat “gamah ripah loh jimawi tata tentram kerta raharja disimpulkan sebagai keadaan bumi pertiwi yang bak negeri dongeng oleh kesuburan sumber daya alam yang memberi kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.

Sebagai negara agraris nenek moyang kita telah sejak lama menyadari potensi sumber daya alam yang ada di negeri ini.

Ketika suatu pagi melihat petani di kampung yang mayoritas adalah lansia nalar saya terbawa untuk melakukan penelitian “ndek-ndek an.

Sejak 2 tahun lalu penelitian itu saya mulai dengan belajar bertani menggarap sawah menanam padi, jagung, terong, bawang merah, dan lain sebagainya.

Saya begitu berminat di sektor pertanian untuk mencari tahu mengapa profesi ini tak ada daya tariknya bagi anak muda.

Apakah profesi petani memang begitu menyengsarakan?

KLIK DI SINI UNTUK TERUS MEMBACA