Pohon Sonokeling (Dalbergia latifolia): Taksonomi, Kayu, dan Budidaya

Setiap jenis komoditas pohon memiliki keistimewaan dan nilai masing-masing.

Hutan sebagai megabiodiversitas di Indonesia mengandung beragam macam jenis flora maupun fauna yang memiliki pengaruh ataupun dampak yang positif maupun negatif bagi lingkungan di sekitarnya.

Terlebih pada lingkungan hutan hujan tropis dengan spesifikasi yang sangat unik.

Dalam artikel ini kita akan membahas salah satu pohon penuh manfaat, pohon sonokeling.

Mengapa harus pohon sonokeling? Bagaimana peluangnya?

Kayu sonokeling adalah salah satu kayu yang dapat bersaing dengan jajaran kayu-kayu elit atau mewah lainnya yang menjadi primadona di pasar.

Memang nama sonokeling cukup awam di telinga masyarakat karena kayu andalan yang lebih dikenal oleh masyarakat secara luas salah satunya adalah kayu jati.

Namun jangan salah, peluang usaha yang ditawarkan dalam prospek pasar tumbuhan ini cukup besar dengan syarat tetap memperhatikan kelestarian dari tumbuhan ini dari kecenderungan eksploitasi yang bisa jadi terjadi.

Kayu Mewah dan Indah dari Pohon Sonokeling
Kayu Mewah dan Indah dari Pohon Sonokeling

1. Taksonomi

Sonokeling tergolong dalam famili Fabacea yang umumnya merupakan kayu pertukangan dan sudah dikenal secara umum.

Sonokeling di dunia internasional lebih sering dikenal sebagai indian rosewood, java palisander, atau Bombay blackwood sedangkan sonokeling di Indonesia lebih dikenal dengan nama sono sungu, linggota, atau sonobrit.

Klasifikasi ilmiah dari sonokeling yaitu:

Kerajaan Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Fabales
Famili Fabaceae
Up Famili Faboideae
Genus Dalbergia
Spesies Dalbergia latifolia

Kayu lain yang merupakan kerabat dekat dari pohon sonokeling adalah Sonosiso (Dalbergia sonosiso) yang memiliki kualitas tidak jauh berbeda.

Kayu sonosiso ini dalam perdagangan juga dimasukkan ke dalam kelompok rosewood secara umum.

2. Status Kelangkaan

Pohon sonokeling saat ini tergolong sebagai spesies yang tidak terlalu terancam kepunahannya, tetapi tetap saja pemanfaatannya harus tetap dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara terus-menerus.

Populasi tumbuhan ini yang semakin menurun di alam bebas hingga cenderung sulit untuk ditemukan menjadi salah satu faktor bahwa tumbuhan sonokeling diklasifikasikan dalam status Vulnerable (Vu) atau rentan dalam Red List IUCN semenjak tahun 1998.

Pohon ini memang cenderung sulit dalam pembibitannya, tetapi biasanya masih mampu menggunakan akar dari pohon pasca tebangnya sebagai indukan hingga tumbuh anakan-anakan baru di sekitarnya.

Salah satu hal yang sangat mempengaruhi kelangkaan dari pohon ini adalah ditemui beberapa eksploitasi pohon sonokeling serta maraknya penebangan tumbuhan ini secara ilegal atau tanpa izin.

KLIK DI SINI UNTUK TERUS MEMBACA