Pohon Pinus (Pinus merkusii): Hutan Pinus, Habitat, Sebaran, Morfologi, Manfaat, dan Budidaya

Diposting pada

5.2 Penaburan Benih dan Penyapihan

Benih pinus yang sudah dipatahkan dormansinya siap ditanam pada bedeng tabur dengan media semai. Media semai yang dipilih harus bebas dari hama dan penyakit, cukup berpori dan tidak terlalu padat serta memiliki kandungan unsur hara yang cukup untuk mendukung proses perkecambahan benih.

Media semai yang dapat digunakan berupa kombinasi tanah/humus halus dan pasir dengan perbandingan 2:1. Campuran antara kedua media semai tersebut kemudian disterilkan agar terbebas dari hama dan penyakit. Salah satu cara sterilisasi yang dapat dilakukan yaitu mengsangrai campuran tanah dan pasir selama 4-6 jam dan dijemur di bawah sinar matahari. Media semai yang telah disterilisasi kemudian dimasukkan ke dalam bedeng tabur yang memiliki naungan. Setelah 10-15 hari, benih akan mengalami proses perkecambahan yang berlangsung hingga satu bulan.

Sebelum penyapihan, media tumbuh harus dipersiapkan terlebih dahulu. Media tumbuh yang baik berupa campuran tanah, pasir, dan kompos dengan perbandingan 7:2:1 dengan penambahan pupuk NPK. Selain itu, media tanam harus dicampur dengan tanah yang berasal dari bawah tegakan tua Pinus merkusii. Hal ini dilakukan agar terjadi penularan mikoriza sehingga akar Pinus merkusii yang tumbuh akan bersimbiosis dengan jamur/mikoriza.

Tanah yang mengandung mikoriza yang baik memiliki suhu tanah lebih dari 200C dan pH tanah antara 4,7-5,4.  Benih yang telah menjadi bibit dan berumur 5-8 minggu minggu  sudah siap untuk disapih ke dalam media tumbuh ini.

5.3 Penanaman

Terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum penanaman. Kegiatan tersebut antara lain pembersihan lapangan dari tumbuhan pengganggu, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, dan pemasangan ajir.

Penanaman bibit Pinus merkusii dapat dilakukan saat awal musim hujan atau pada saat musim hujan cukup merata. Sistem penanaman dapat dilakukan secara monokultur maupun tumpang sari dengan memperhatikan tanaman penyelanya. Kedua sistem penanaman ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jarak tanam yang biasanya digunakan adalah 8m x 8m.

5.4 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dilakukan agar tanaman muda Pinus merkusii dapat tumbuh dengan baik. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi penyulaman, penyiangan dan pendangiran, pemberantasan hama dan penyakit, penjarangan, serta pengendalian kebakaran hutan.

5.4.1 Penyulaman

Penyulaman merupakan kegiatan penanaman kembali untuk mengganti tanaman yang rusak atau mati sehingga jumlah tanaman per hektar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Kegiatan penyulaman dikategorikan menjadi tiga yaitu penyulaman ringan (persen jadi tanaman 80-100%), penyulaman intensif (persen jadi tanaman 60-80%) dan penanaman ulang (persen menjadi tanaman <60%). Kegiatan penyulaman sebaiknya dilakukan pada pertengahan musim hujan dan dilaksanakan pada satu bulan pertama setelah penanaman.

5.4.2 Pendangiran dan Penyiangan

Kegiatan pendangiran dilakukan ketika kondisi tanah di sekitar tanaman padat atau berdrainase jelek. Pendangiran dilakukan di tanah sekitar tanaman pinus dengan radius 0,5 meter. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan.

Kegiatan penyiangan merupakan kegiatan membersihkan tanaman dari gulma dan tumbuhan pengganggu lainnya baik yang berada di tanah maupun yang merambat seperti liana. Hal ini dilakukan agar tanaman pinus muda yang baru tumbuh terhindar dari persaingan untuk mendapatkan unsur hara maupun cahaya matahari. Metode penyiangan dapat dilakukan secara manual, mekanis, maupun secara kimiawi.

5.4.3 Pemberantasan Hama dan Penyakit

Pemberantasan hama dan penyakit harus dilakukan untuk mencegah tanaman sakit atau mati karena serangan hama maupun penyakit. Hama yang perlu diwaspadai karena sering menyerang tanaman pinus adalah Kumbang Ambrosia (Platypus trepanatus) dan Kutu Lilin (Pine wooly adelgids).

5.4.4 Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk mencegah terjadinya defisiensi nutrisi yang akan menghambat pertumbuhan tanaman pinus. Defisiensi nutrisi ini disebabkan oleh tanah kritis, siklus nutrisi kurang baik, pencucian air, dan tidak adanya cendawan mikoriza.

Pemupukan tanaman pinus dapat dilakukan dengan menggunkan pupuk organik, pupuk anorganik, maupun pupuk biologi. Pemupukan dilakukan ketika awal penanaman, setelah penanaman hingga penutupan kanopi dan setelah awal penjarangan.