Kebakaran Hutan: Kekompakan Bahan Bakar Faktor Penentu Perilaku Api

Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu peristiwa, baik alami maupun oleh perbuatan manusia yang ditandai dengan penjalaran api dengan bebas serta mengonsumsi bahan bakar hutan dan lahan yang dilaluinya (Adinugroho et al. 2004). Kebakaran hutan dan lahan bukan hanya berakibat pada skala lokal atau nasional, tetapi bisa berakibat pada skala regional yang cakupannya lebih luas dari skala nasional (Heriyanto et al. 2015).

Kebakaran di Indonesia hampir selalu terjadi pada musim kemarau. Akibat dari bencana kebakaran ini seringkali bukan hanya sektor kehutanan yang mengalami kerugian, namun sektor lain pun merasakan dampak kebakaran ini. Sektor transportasi udara akan sangat terganggu jadwal penerbangannya akibat kabut asap, indeks kualitas udara akan menurun akibat besarnya polutan, emisi gas rumah kaca akan meningkat dan menyebabkan pemanasan global, serta hubungan dengan negara tetangga akan memburuk akibat negara tetangga mendapatkan dampak negatif kebakaran hutan ini juga.

Kebakaran Lahan dan Hutan

Proses pembakaran adalah proses kimia-fisika yang merupakan kebalikan dari reaksi fotosintesis. Kadar volume oksigen yang sedikit dapat menyebabkan api padam, sedangkan dengan kadar volume oksigen yang lebih banyak api dapat bertahan lebih lama. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan oksigen dapat mempengaruhi dalam proses pembakaran. Sesuai dengan syarat-syarat terjadinya nyala api, yaitu oksigen, bahan bakar, dan panas. Jika salah satunya tidak ada, api akan padam (Suharsini 2005).

Tahapan proses pembakaran dimulai dengan tahap pre-ignition, flaming combustion, smoldering, glowing, dan extinction. Tahap awal pembakaran adalah pre-ignition dimana terjadi proses hidrasi sehingga kadar air pada bahan bakar berkurang. Tahapan awal ini ditandai dengan adanya perubahan reaksi dari reaksi eksotermis ke reaksi endotermis. Tahapan awal ini disebut pyrolisis (Thoha 2008).

Proses pembakaran suatu biomassa melibatkan proses-proses pemindahan panas, seperti konduksi, konveksi, dan radiasi. Radiasi dan konveksi dapat mentransfer panas yang dibutuhkan pyrolisis pada permukaan bahan bakar, namun transfer panas bagian dalam bahan bakar dilakukan melalui konduksi (Thoha 2008).

KLIK DI SINI UNTUK TERUS MEMBACA