Inovasi dari Tinanggae: Kendaraan Giat Belajar yang Mengedukasi Karhutla

Sebuah inovasi baru telah lahir di Indonesia bagian tengah, tepatnya di Sulawesi Tenggara. Inovasi tersebut berupa Kendaraan Giat Belajar (KGB) yang dihadirkan oleh Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) Daerah Operasi (Daops) Tinanggae, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Kendaraan Giat Belajar (KGB) merupakaan kendaraan dinas yang dimodifikasi oleh Manggala Agni menjadi lebih menarik dan penuh warna. KGB selanjutnya menjadi kendaraan antar jemput ke sekolah bagi siswa di Kecamatan Tinanggea setiap hari.

Di samping membantu para orang tua memfasilitasi pendidikan anaknya, KGB juga menjadi inovasi baik sektor kehutanan, khususnya terhadap isu kebakaran hutan dan lahan yang tak kunjung selesai di Tinanggea. Ketika para siswa berada di dalam KGB, maka Manggala Agni yang mendampingi akan memberikan edukasi mengenai lingkungan, khususnya terkait kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi di sekitar mereka. Manggala Agni mengedukasi para pelajar setempat untuk membentuk generasi permanen tanpa perusakan serta pembakaran hutan dan lahan.

Kendaraan Giat Belajar (KGB) Karhutla – sumber ppid.menlhk.go.id

Sasaran dan Dampak

Kepala Daops Tinanggea, Yanuar Fanca Kusuma SHut mengatakan, sasaran program ini adalah siswa-siswi SD dan SMP di Konawe Selatan yang terdiri dari tiga desa, yakni Desa Tatannge, Desa Lanowulu, dan Desa Roraya.

Dilansir dari Tribun Makassar, Kepala BPPIKHL Wilayah Sulawesi, Ir Dadang Suhendar menilai program Kendaraan Giat Belajar (KGB) daops Tinanggea cukup manjur untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan di Wilayah Kecamatan Tinanggea.

“Sebelumnya upaya sosialisasi, patroli, dan kemitraan tidak terlalu berdampak pada karhutla di wilayah tersebut. Namun dengan adanya Program Kendaraan Giat Belajar Daops Tinanggea dapat menyentuh hati para orangtua murid yang sering lakukan pembakaran,” jelas beliau.

Sebelum ada Kendaraan Giat Belajar (KGB) Manggala Agni Daops Tinanggea, setiap memasuki musim tanam, langit di sejumlah wilayah di Konawe Selatan dan Bombana dipenuhi kabut asap. Kondisi ini menandakan adanya ratusan hektar hutan dan lahan yang terbakar. Lahan yang terbakar tidak hanya menyebabkan polusi udara, namun juga mengancam kehidupan satwa langka di wilayah tersebut, misalnya rusa dan anoa.

KLIK DI SINI UNTUK TERUS MEMBACA