Dampak Kemasan Paket Belanja Online Terhadap Lingkungan

Belanja melalui situs daring atau membeli kebutuhan lewat e-commerce adalah fenomena yang sering kita jumpai akhir-akhir ini.

Banyaknya pilihan barang yang ditawarkan dan kepraktisan saat bertransaksi menjadi alasan utama bagi masyarakat untuk menggunakan layanan belanja daring.

Namun, hal ini dapat berdampak negatif bagi lingkungan lho.

Salah satu efek dari maraknya peristiwa ini adalah bertambahnya sampah kemasan paket seperti kardus dan plastik.

Bagaimana keadaan sampah kemasan paket belanja online di Indonesia dan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu meringankan masalah ini?

Simak lebih lanjut penjelasan dibawah ini ya.

Permasalahan Kemasan Bekas Belanja Online

Proses penyortiran paket belanja online

Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terhadap warga Jabodetabek pada April-Mei 2020, terdapat kenaikan transaksi belanja online yang disebabkan oleh Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Work from Home (WFH).

Sebelum PSBB dan WFH, kebanyakan masyarakat hanya melakukan transaksi belanja daring sebanyak 1-5 kali sebulan.

Setelah kebijakan PSBB dan WFH diterapkan, LIPI melaporkan bahwa transaksi tersebut mengalami kenaikan menjadi 1-10 kali sebulan.

Hal ini berdampak besar terhadap peningkatan sampah plastik, dimana 96% paket yang dikirimkan dikemas dengan bahan plastik.

Survei ini juga mengungkapkan bahwa hanya separuh dari konsumen e-commerce yang memisahkan atau menyortir sampah plastik di rumah tangga mereka.

Lantas, apa solusi dari masalah ini?

KLIK DI SINI UNTUK TERUS MEMBACA