Biomassa

Biomassa adalah total berat atau massa organisme dalam suatu area atau volume tertentu (Sutaryo 2009). Stok karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan dan perubahannya akibat deforestasi dan degradasi hutan, atau terjadinya akumulasi penambahan karbon (sequestration) dari pertumbuhan perlu diukur dan dipantau karena perubahan stok karbon akan berpengaruh terhadap konsentrasi karbon dioksida di atmosfer (Krisnawati et al. 2012).

Biomassa ini pun menjadi acuan dalam tingkat keteraturan lingkungan. Semakin banyak biomassa maka semakin sedikit karbon dioksida yang ada di atmosfer sehingga lingkungan lebih nyaman untuk dihuni. Biomassa yang besar terdapat di hutan yang dalam keadaan klimaks. Berdasarkan hal-hal tersebut maka hutan sering dikatakan memiliki fungsi pengatur iklim mikro.

Hutan kota merupakan penyimpan karbon yang cukup baik di lingkungan perkotaan. Karbon dioksida yang diproduksi di wilayah perkotaan bisa diserap oleh hutan kota. Apabila hutan kota ini hilang maka suhu udara akan meningkat karena karbon dioksida yang teremisi ke udara. Selain itu, hutan kota sangat cocok untuk meminimalisir polusi udara.

Log Kayu

Emisi dari karbon yang terbakar dari kebakaran hutan, kebakaran padang rumput, pembakaran yang berhubungan dengan aktivitas pertanian, dan kebakaran lahan gambut telah menyebabkan efek gas rumah kaca yang berdampak pada produktivitas ekosistem, unsur kimia atmosfer, dan perubahan iklim (Shi et al. 2015).

Terdapat empat macam cara dalam penghitungan biomassa suatu kawasan, yaitu metode sampling dengan pemanenan secara in situ (destructive sampling), sampling tanpa pemanenan (non-destructive sampling), pendugaan melalui penginderaan jauh, dan dengan menggunakan model. Masing-masing metode ini kemudian diekstrapolasi dengan metode allometrik agar bisa mewakili kawasan yang cukup luas (Sutaryo 2009).

KLIK DI SINI UNTUK TERUS MEMBACA